UNTUK DIKETAHUI DAN DIRENUNGKAN

21 November 2010

Sehat dan Kaya Melalui Silaturrahmi



Oleh: KH.S.Faroji Al-Robbani

Ada hadits Nabi yang menganjurkan kita agar rajin bersilaturrahmi, karena silaturrahmi memperpanjang umur dan memperbanyak rezeki. Sedemikian pentingnya silaturrahmi, sampai-sampai orang yang memutus silaturrahmi terancam masuk neraka. (Sebenarnya, neraka dunia pun sudah dia rasakan karena hubungan buruk tersebut).

Memperpanjang Umur

Dengan bersilaturrahmi, kita akan lebih bahagia. Hanya dengan mengirimi sms atau email, orang yang kita sapa akan merasa bahagia. Terlebih lagi bila kita telepon atau kunjungi. Bayangkanlah roman muka sahabat Anda yang berbinar lantaran Anda menyempatkan mampir ke rumahnya. Juga, nada bahagia ibu Anda mendengar kabar cucunya lewat telepon. Kebahagiaan seperti itu mengurangi stress dan memperpanjang umur.

Antara tahun 1965- 1974, dua ahli epidemi penyakit mempelajari
gaya hidup dan kesehatan 4.725 penduduk Alameda County, California. Mereka menemukan bahwa angka kematian tiga kali lebih tinggi pada orang yang ‘kuper’ dibandingkan dengan mereka yang aktif secara sosial. Studi yang sama terhadap penduduk Seattle, dipublikasikan tahun 1997, menemukan bahwa pasangan keluarga yang secara sosial aktif membutuhkan biaya kesehatan lebih rendah dan lebih jarang sakit dibandingkan mereka yang penyendiri. Riset puluhan tahun yang dilakukan MacArthur Foundation mengenai penuaan di AS menyimpulkan bahwa dua prediktor utama kesehatan manula adalah frekuensi silaturrahmi dengan sanak-keluarga dan kehadiran dalam pertemuan-pertemuan.

Perjumpaan positif antar manusia dapat menurunkan kadar hormon pemicu stress epinephrine, norepinephrine, dan cortisol dalam darah. Sebaliknya, hormon yang memperkuat rasa saling percaya dan ikatan emosi, oxytocin dan vasopressin, justru meningkat. Ilmuwan juga menduga bahwa silaturrahmi memicu dua neurotransmitter penting: dopamine, yang meningkatkan daya konsentrasi dan rasa bahagia, dan serotonin, yang mengurangi ketakutan dan kecemasan.

Menambah Rezeki

Rezeki datang lewat manusia. Kalau Anda mengurung diri di kamar, rezeki tidak akan sekonyong-konyong muncul dari balik pintu. Dalam dunia pemasaran, salah satu prediktor kesuksesan staff penjual adalah keluasan relasi. Bahkan dalam industri asuransi, tes klasik yang diberikan untuk para calon agen adalah membuat ‘Daftar 100 Nama’ orang yang mengenal dan dikenal calon agen.

Pada pertengahan tahun 1970-an, Sosiolog Harvard bernama Mark Granovetter mempublikasikan risetnya yang kemudian menjadi karya monumental mengenai cara orang mendapatkan pekerjaan. Apa yang ditemukannya masih valid hingga sekarang, yaitu bahwa mayoritas orang mendapat pekerjaan melalui koneksi pribadi. Namun, satu temuan yang mengejutkan Granovetter adalah bahwa koneksi tersebut umumnya bukan teman atau saudara dekat. Si penerima kerja hanya sesekali dalam setahun bertemu dengannya.

Teman atau saudara jauh tersebut efektif dalam memberi informasi pekerjaan—menurut Granovetter—karena dia tahu banyak orang yang tidak Anda kenal, berbeda dengan kebanyakan relasi teman dan keluarga dekat Anda yang umumnya juga Anda kenal. Bersilaturrahmilah dengan orang yang lama tidak Anda jumpai, seperti kawan sekolah dulu, saudara jauh, atau mantan rekan kerja, maka Anda berpeluang mendapat informasi berharga untuk bisnis atau pekerjaan Anda.

Pertukaran pikiran yang dilakukan melalui silaturrahmi juga seringkali menghasilkan kesimpulan-kesimpulan brilian yang tidak kita peroleh dengan berpikir sendiri. Don Tapscott dan Anthony William dalam Wikinomics dengan gamblang menjelaskan kekuatan dahsyat kolaborasi, melalui “silaturrahmi maya” yang memunculkan raksasa-raksasa baru seperti Wikipedia, MySpace, Youtube, dan lainnya. Konsep dasar wikinomics adalah bahwa kolaborasi terbuka menghasilkan output yang lebih hebat dibandingkan bila membatasi diri dalam kelompok tertutup.

Bersilaturrahmilah, maka Anda akan sehat dan kaya.

Hukum Merayakan Hari Valentine



Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam:
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan :
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.
Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Sumber
Kirim Pesan ya

LOMPATAN-LOMPATAN USIA



BEBERAPA bulan lalu, saya membeli sebuah buku yang  
mengisahkan perjalanan hidup tokoh-tokoh besar Islam.
Buku tersebut cukup lengkap karena memuat tokoh-tokoh
Islam dari generasi awal hingga generasi terakhir.
Maka tak berlebihan bila buku itu disebut ensiklopedi
tokoh Islam; sebagaimana judulnya.

Kebetulan, tokoh pertama yang saya baca adalah Umar
bin Abdul Aziz, khalifah yang paling menonjol
sekaligus paling terkenal dari Dinasti Ummayah. Pada
usia 24 tahun ia telah diangkat menjadi Gubernur
Madinah. Karena kehebatan dan kebijaksanaannya dalam
memimpin, beberapa tahun kemudian ia pun diangkat
menjadi penguasa Dinasti Ummayah. Masa pemerintahannya
"hanya" berlangsung beberapa tahun saja, karena pada
usia 36 tahun beliau dipanggil menghadap Sang
Mahakuasa.

Apa yang dihasilkan Umar bin Abdul Aziz dalam usianya
yang singkat itu? Saat ia berkuasa kekuasaan Dinasti
Ummayah terbentang sepanjang Samudera Atlantik hingga
Dataran Tinggi Pamir, rakyatnya hidup dalam ketenangan
dan kesejahteraan yang hampir tak ada duanya. Yang
terpenting, pemimpin besar ini telah mewariskan contoh
terbaik bagaimana caranya memimpin rakyatnya dan
mengabdi pada Tuhannya. Itulah yang menjadikan cucu
Umar bin Khattab ini bagaikan monumen hidup yang terus
"dikunjungi" hingga sekarang.

Membaca kisah ini, lutut saya seakan lemas dan timbul
rasa malu dalam hati. Betapa dalam usia yang hampir
seperempat abad ini, belum ada satupun yang mampu saya
berikan kepada umat. Ya, jangankan mengurus
umat-sebagaimana Umar bin Abdul Aziz-atau mengurus
keluarga, hatta mengurus diri sendiripun belum
sanggup.

Lutut saya terasa makin lemas dan semakin malu (tapi
makin bersemangat), setelah membaca perjalanan
tokoh-tokoh besar lainnya, seperti Imam Bukhari, Imam
Muslim, Ibnu Sina, Imam Al-Ghazali, Muhammad Iqbal,
Hasan Al-Banna, ataupun Prof. Abdul Salam. Betapa
mereka mau mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk
kebaikan dan kemajuan umat.

Meskipun usianya relatif singkat, tapi kontribusi dan
dedikasi mereka tidak terbantahkan. Tak heran bila ada
yang mengatakan bahwa mereka itu masih hidup. Yang
mati hanyalah jasadnya, sedangkan nama dan kebaikannya
terus abadi hingga sekarang. Lihatlah, Imam Bukhari
wafat pada usia 62 tahun. Imam Muslim wafat pada usia
59 tahun. Ibnu Sina 56 tahun. Begitu pula Imam
Al-Ghazali, beliau hanya hidup selama 53 tahun.
Rentang waktunya mereka hidup begitu jauh dengan kita,
tapi kita masih mengenang kebaikan dan jasa-jasanya.

* * *

SAYA jadi teringat pada apa yang dikatakan Imam
Syafi'i, bahwa usia manusia itu ada dua jenis, yaitu
usia biologis dan usia kedewasaan. Usia biologis
adalah usia yang selalu kita peringati setiap tahun,
usia kita di KTP, dan yang tercatat di kelurahan.
Sedangkan usia kedewasaan ditentukan oleh seberapa
tinggi tingkat keilmuannya; seberapa banyak
kontribusinya bagi agama dan masyarakatnya; ataupun
seberapa matang akhlak dan kepribadiannya.

Masalahnya, usia biologis seseorang tidak selalu tegak
lurus, selaras, dan sebanding dengan usia
kedewasaannya. Ada orang yang usianya sudah 50 atau 60
tahun, tapi ia tidak mau mengembangkan diri, maka
kelakuannya masih seperti anak-anak, ilmunya hanya
setaraf SD, dan kontribusinya bagi umat bernilai nol.
Di pihak lain ada orang yang usianya baru 20 atau 30
tahun, tapi ia tekun belajar dan mengembangkan diri,
hingga cara berpikirnya menjadi dewasa, ilmunya luas,
dan kontribusinya bagi umat sangat banyak.

Mungkin, itulah yang dilakukan tokoh-tokoh kita di
atas. Usia biologis mereka terhitung pendek, tapi usia
keilmuan dan kontribusinya pada umat sangat panjang,
hingga beribu-ribu tahun. Mereka mampu melakukan
lompatan-lompatan dalam hidupnya, sehingga usia
keilmuan dan kontribusinya pada umat jauh lebih
panjang daripada usia biologisnya.

Jadi, yang terpenting adalah bukan berapa usia kita
secara biologis, tapi berapa usia kedewasaan kita;
usia keilmuan dan kontribusi kita. Karena itu, Nabi
Saw. pernah berdoa, "Ya Allah berilah kami usia yang
panjang". Tentu makna usia yang panjang di sini
relatif sifatnya. Kita bisa dikaruniai usia panjang
secara fisik, seperti 80 atau 100 tahun. Tapi kita pun
bisa dikaruniai satu berkah usia walaupun itu pendek.
Kita diberi umur 30 tahun misalnya, tapi kita mengisi
usia tersebut dengan belajar dan berjuang untuk umat.
Tentu, itu jauh lebih baik daripada diberi umur 60
tahun tapi menyusahkan orang lain. Wallahu a'lam
bish-shawab. (Ems) ***

Hati Hati, Minum Sekaleng Soda Sehari Dapat Menyebabkan Penyakit Encok

Hati Hati, Minum Sekaleng Soda Sehari Dapat Menyebabkan Penyakit Encok

Anda gemar mengonsumsi minuman soda? Faktanya, konsumsi lebih dari sekaleng soda sehari meningkatkan risiko gout alias encok.

Peneliti melaporkan bahwa konsumsi soda dengan pemanis (fruktosa) secara bermakna dikaitkan dengan gout. Para peneliti mengatakan, partisipan Nurses 'Health Study yang minum satu kaleng soda dengan pemanis per hari, sebanyak 74 persen lebih berisiko gout dibandingkan mereka yang minum kurang dari satu kaleng soda dengan pemanis per bulan.

Sementara, mereka yang minum dua atau lebih kaleng per hari, sebanyak 97 persen lebih mungkin mengembangkan insiden gout daripada mereka yang mengonsumsi kurang dari satu kaleng per bulan.

Gout atau kita biasa menyebut encok adalah kondisi peradangan yang disebabkan oleh peningkatan kadar asam urat dalam darah yang terendap pada sendi.

"Risiko ini bahkan lebih tinggi di antara partisipan yang melaporkan minum dua atau lebih soda dengan manis per hari,“ kata Dr Hyon Choi dari Boston University pada pertemuan tahunan American College of Rheumatology's, seperti dilansir dari abcnews, Minggu (14/11/2010).

Risiko gout tidak terbatas pada minuman ringan, karena jus jeruk tampaknya juga menjadi faktor risiko untuk insiden gout.

"Dokter harus menyadari potensi efek minuman ini terhadap risiko gout," tulis Choi dan rekannya dalam artikel online di Journal of American Medical Association.

Mereka mencatat bahwa walaupun gout telah menjadi penyakit yang didominasi pria, ternyata risiko ini juga  menyerang wanita, terutama mereka yang berusia di atas 70 tahun.

Proses penelitian
The Nurses 'Health Study merupakan studi keberlanjutan yang luas dengan memfokuskan penelitian pada kesehatan wanita, khususnya memeriksa peran diet dalam gout pada wanita.

Selama studi sejak 1984, para partisipan diminta mengisi kuesioner rinci tentang diet dan faktor gaya hidup lainnya. Kemudian, 22 tahun berikutnya, tepatnya pada 2006, penelitian ditindaklanjuti.

Choi dan para kolega mengamati hubungan antara konsumsi minuman pemanis dengan insiden asam urat pada sekira 79.000 partisipan. Hasilnya, selama penelitian, 778 wanita didiagnosis gout.

Korelasi antara konsumsi soda dan insiden asam urat turut menimbang faktor diet lain yang dipercaya berkontribusi pada gout, seperti usia, status menopause, indeks massa tubuh, riwayat hipertensi, penggunaan diuretik, dan terapi hormon.

Jus jeruk berisiko sama
Hubungan yang lebih kuat untuk risiko gout terlihat pada konsumsi jus jeruk dengan pemanis (dalam kemasan). Wanita yang mengatakan mereka minum sekali sehari berisiko 41 persen lebih tinggi untuk gout, meningkat jadi 142 persen jika konsumsi dua kali sehari. Namun, jus buah lainnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.

Choi dan rekan juga memeriksa risiko gout berkaitan dengan konsumsi fruktosa dari kelompok studi lainnya, yakni pengelompokkan berdasarkan indeks massa tubuh, konsumsi alkohol, dan asupan susu rendah lemak.

Hasilnya, mereka yang mengasup susu rendah lemak tidak mengembangkan risiko gout seperti mereka yang mengonsumsi fruktosa. Tapi pada wanita dengan BMI 30 atau lebih dan mereka yang minum alkohol, efek fruktosa pada risiko gout muncul semakin kuat.

“Fruktosa, tidak seperti gula-gula lain, karena mampu meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Akan bijaksana bagi wanita dengan gout atau hyperuricemia untuk menjauh dari minuman dengan pemanis (fruktosa),” tegas Choi dan koleganya. (sydh/okz)

Jika anda Merasa Jengkel? Minumlah Segelas Air Putih

Meneguk air dingin di lemari es saat ingin marah ternyata ampuh meredam persaaan emosional itu. Air dingin? Ya, menurut Dr Leo Galland dalam blognya di Huffington Post, air dingin ditengarai ampuh meredakan perasaan emosional.

"Menurut hasil penelitian Universitas Tyfts, dehidrasi memiliki pengaruh terhadap suasana hati dan ketenangan jiwa seseorang," katanya. Dari penelitian yang ia lakukan, didapati pertanyaan menarik yakni apa yang akan terjadi bila seseorang kekurangan air dalam sehari? Dan, ternyata terungkap bahwa suasana hati dan performa seseorang cenderung akan memburuk disebabkan dehidrasi.

Singkatnya, ketika tubuh kita tengah merasa haus, sensitivitas kita pun meningkat. Maka itu, seperti anjuran banyak ilmuwan, sebaiknya kita rutin minum air setidaknya 8 gelas per hari. Terlebih kini, saat cuaca yang tidak menentu, kadang panas dan kadang hujan.

Tak ketinggalan, tingkat stres yang timbul akibat tekanan pada pekerjaan. Meminum air juga akan membuat stamina tubuh terjaga sehingga prima dalam beraktivitas seharian penuh. Hasil studi ini telah dirilis bertepatan dengan Hari Waspada Stres Sedunia pada 3 November lalu. (sydh/MI)

Perbanyak Makan Sayur Dan Buah Setelah Makan Daging Kambing

Perbanyak Makan Sayur Dan Buah Setelah Makan Daging Kambing

Makan daging kambing sepertinya sudah menjadi tradisi di Hari Raya Kurban. Tapi perlu diingat bahwa daging kambing yang tinggi lemak dapat menaikkan tekanan darah dan lemak tubuh. Untuk meminimalkan risiko tersebut, perbanyaklah makan sayur dan buah usai makan kambing.

“Daging kambing itu seratnya hampir sama dengan daging sapi yang nggak gampang dicerna dan mudah menempel di usus, jadi bisa bikin kanker usus,” ujar Dr Phaidon L Toruan, MM, dokter gizi dan pakar hidup sehat dari Jakarta Anti-aging & Executive Fitness Consultant.

Untuk itu, menurut Dr Phaidon, konsumsi sayuran dan buah harus diperbanyak setelah makan daging kambing, agar ada serat sehat yang dapat membersihkan usus.

Dr Phaidon juga menjelaskan bahwa daging kambing termasuk daging dengan lemak tinggi yang dapat menaikkan tekanan darah dan lemak dalam tubuh, sehingga konsumsi sayur dan buah, seperti tomat, wortel atau kentang dapat mengurangi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Daging kambing termasuk daging dengan lemak tinggi yang dapat menaikkan tekanan darah dan lemak dalam tubuh, sehingga konsumsi sayur dan buah, seperti tomat, wortel atau kentang dapat mengurangi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh.
“Untuk meminimalkan risiko daging kambing, juga perlu diperhatikan cara pengolahannya. Sebaiknya jangan digoreng, jangan digulai, bumbu jangan dicampur dengan gula atau vetsin. Dan untuk orang di atas usia 30 tahun sebaiknya pilih daging yang nggak banyak lemaknya,” jelas Dr Phaidon lebih lanjut.

Menurut Dr Phaidon, sebaiknya orang tidak makan lemak daging yang berwarna putih dari daging kambing. Dr Phaidon juga menyarankan daging kambing sebaiknya diolah menjadi sup atau sate saja.
Sebaiknya penderita darah tinggi tidak usahlah makan daging kambing. Bagi pecinta daging kambing juga jangan lupa untuk mengonsumsi sayuran dan berolahraga setelah makan untuk mengurangi jumlah kalori dan lemak yang masuk ke dalam tubuh
Jika 100 gram daging kambing dijadikan gulai dapat menghasilkan kalori sebesar 125 kalori, sedangkan jika diolah menjadi sop kambing akan menghasilkan kalori sebesar 35 kalori, karena orang tidak hanya makan dagingnya saja tapi juga beserta kuah sop dan sayuran di dalamnya.

“Sebaiknya penderita darah tinggi tidak usahlah makan daging kambing. Bagi pecinta daging kambing juga jangan lupa untuk mengonsumsi sayuran dan berolahraga setelah makan untuk mengurangi jumlah kalori dan lemak yang masuk ke dalam tubuh,” tutup Dr Phaidon. ((sydh/dtc)

Hati- Hati! Menjadi Perokok Pasif Dapat Merusak Pendengaran

Hati- Hati! Menjadi Perokok Pasif Dapat Merusak Pendengaran

Satu lagi bukti bertambah bahwa menjadi perokok pasif sama berisikonya dengan perokok aktif. Penelitian terbaru menemukan bahwa perokok pasif berisiko tinggi mengalami gangguan pendengaran.

Dokter dan ahli kesehatan sudah banyak yang mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada perokok aktif. Dan penelitian terbaru dalam jurnal Tobacco Control menunjukkan hal yang sama juga terjadi pada perokok pasif.

Dalam penelitian tersebut, peneliti dari University of Miami dan Florida International University menguji lebih dari 3.000 partisipan non-perokok (beberapa mantan perokok aktif dan lainnya tidak pernah merokok sama sekali).

Hasilnya menunjukkan bahwa perokok pasif juga berisiko mengalami masalah pendengaran. Ancaman masalah pendengaran dari paparan asap rokok bahkan lebih tinggi daripada paparan kebisingan.

“Kami tidak tahu persis berapa banyak asap rokok yang dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Tapi kami tahu batas ambangnya sangat rendah,” ujar Dr David Fabry, pemimpin penilitian, seperti dilansir BBC News, Kamis (18/11).

Menurut Dr Fabry, tingkat aman untuk menghilangkan risiko adalah sama sekali tidak terpapar asap rokok. Paparan asap rokok bahkan meningkatkan risiko pendengaran di semua frekuensi sebanyak tiga kali lipat.

“Kami sudah tahu dari penelitian kami sendiri bahwa merokok aktif secara teratur merupakan faktor risiko yang signifikan menyebabkan gangguan pendengaran. Dan studi baru ini sangat penting karena menyoroti peningkatan risiko yang ditimbulkan oleh perokok pasif juga,” ujar Dr Ralph Holme, kepala penelitian biomedik di RNID (Royal National Institute for Deaf People).

Dr Holme menjelaskan, asap rokok dapat menyebabkan gangguan aliran darah di pembuluh darah kecil telinga. Hal ini bisa mengakibatkan organ kekurangan oksigen dan meningkatkan penumpukan zat beracun, yang akhirnya menyebabkan kerusakan pada telinga.

Dr Holme juga menuturkan bahwa bahaya gangguan pendengaran dari asap rokok ini berbeda dengan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh paparan kebisingan atau pun karena penuaan.

“Gangguan pendengaran sering dapat membuat orang sangat frustasi dan menyebabkan isolasi sosial, jika tidak cepat ditanggani. Oleh karena itu, sebelum Anda menyalakan sebatang rokok, sebaiknya pertimbangkan bahwa asapnya tidak hanya dapat merugikan Anda tetapi juga teman dan kerabat Anda,” tutup Dr Holme.(sydh/ dtc)

Teruslah Beribadah Sampai Datangnya Kematian

Teruslah Beribadah Sampai Datangnya Kematian


Saudaraku! Pada saat Ramadlan begitu semangat kita beribadah. Shiyam, qiyam, shadaqah, dzikir, doa, tilawah dan berbagai amal kebajikan kita lakukan. Masjid-masjid ramai dengan jama’ahnya. Manisnya iman kita rengguh. Nikmatnya ibadah kita rasakan. Bermunajat dan istighfar di penghujung malam terasa sangat nikmat. Shalat menjadi pembahagia hati. Berpuasa tanpa mengeluh lapar dan dahaga karena ada nikmat yang dirasa. Bershadah tanpa rasa takut fakir. Sampai-sampai mucul angan, “Andaikan saya meninggal di atas kondisi ini.” Inilah Ramadlan yang sudah kita lalui dan berlalu dari kita.
Saudaraku! Namun sayang, belum satu bulan Ramadlan berlalu, amalan-amalan itu terlihat berkurang atau bahkan hilang. Masjid kembali sepi seperti sebelum Ramadlan. Shiyam, qiyam, shadaqah, dan tilawah Al-Qur’an jarang ditemukan. Padahal Rabb yang disembah saat Ramadlan adalah sama dengan Rabb yang disembah di luar Ramadlan, yaitu Allah Ta’ala. Dia senantiasa hidup, mengurus, dan mengawasi hamba-hamba-Nya. Dia tetap ada dengan segenap asma’ dan sifat-Nya yang Mahaindah dan Mahamulia, baik di dalam Ramaldan maupun di luar Ramadlan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)
Beginilah seharusnya seorang hamba dalam beribadah. Kontinyu dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. Teguh di atas syariat-Nya. Istiqamah di atas ajaran agama-Nya. Tidak surut dengan pergantian waktu dan perubahan keadaan. Dia tidak beribadah kepada Allah di suatu bulan lalu tidak pada bulan yang lain, di satu tempat lalu tidak pada tempat yang lain. Tidak, seribu kali tidak demikian. Hamba Allah yang shalih paham bahwa Tuhannya pada Ramadlan adalah Tuhannya pada bulan selainnya. Dialah pemilik seluruh waktu dan tempat. Karenanya dia akan istiqamah di atas syariat-Nya sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan diridlai. Allah Ta’ala berfirman,
 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Huud: 112)
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 6)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
قُلْ : آمَنْتُ باللهِ ، ثمَّ استقِمْ
Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah,’ lalu beristiqamahlah.” (HR. Muslim)
Saudaraku! Memang Ramadlan adalah bulan yang istimewa. Allah mengistimewakannya dengan dilipatgandakan pahala, tidak seperti bulan lainnya. Karennaya, kami tidak memaksa untuk kita menjadi orang yang sama kesungguhannya saat Ramadlan dan di luar Ramadlan. Tapi kami mengajak agar kita tidak berhenti dari  beramal shalih. Mari kita tetap puasa (sunnah), shalat malam, shadaqah walau jumlah tidak sebanyak saat Ramadlan, agar iman kita tetap kuat dan tidak melemah. Janganlah kita menjadi seperti wanita yang telah memintal kuat benangnya di satu hari, lalu dia uraikan kembali pada malam harinya.
Saudaraku! Setelah berpuasa fardlu Ramadlan, masih ada puasa-puasa sunnah yang bisa kita jaga untuk menguatkan iman, seperti: enam hari dari bulan Syawal, Puasa Senin dan Kamis, Puasa Ayyamul Bidh (Tanggal 13, 14, 15 dari bulan Qamariah), puasa Asyura, Puasa Arafah dan puasa-puasa lainnya.
Setelah habis masa qiyam Ramadlan (shalat tarawih), maka qiyamullail setiap malam tetap disyariatkan. Allah menyifati orang-orang bertakwa yang menjadi penghuni surga,
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
 “Dahulu mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Al-Dzariyaat: 17) Mereka itu yang telah banyak berbuat baik, pada malam harinya sedikti tidur. Waktu malamnya lebih banyak dihabiskan untuk bermunajat kepada kepada Allah dalam bentuk shalat, tilawah, dzikir, doa, dan merendah diri kepada-Nya.
Jika shadaqah di bulan Ramadlan yang diakhiri dengan zakat fitrah sudah berlalu, bukan berarti ibadah harta selesai. Di sana masih ada zakat wajib. Pintu-pintu untuk shadaqah dan infak fi sabilillah masih banyak terbuka.
Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.
Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.
Saudaraku! Amal-amal shalih diperintahkan setiap waktu dan di setiap tempat. Bersungguh-sungguhlah -wahai saudaraku- dalam melaksanakan ketaatan! Jangan malas dan futur (berhenti dari amal ketaatan). Jika engkau mengurangi kadar amal sunnahmu, jangan sampai engkau meninggalkan amal wajibmu, seperti shalat lima waktu denga berjama’ah dan lainnya.
Saudaraku! Jangan terjang perkara-perkara haram dan dosa. Sesungguhnya perkara haram akan membawa kepada keharaman lainnya. Perbuatan dosa akan menarik kepada dosa selanjutnya. Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.
Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.
Teruslah istiqamah dan teguh di atas ajaran Islam, di mana saja dan kapan saja. Sesungguhnya kita tidak tahu kapan malaikat maut datang menjemput kita, karenanya berhati-hatilah jangan sampai dia datang sementara kita dalam keadaan bermaksiat.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan menganugrahkan kekuatan kepada ktia untuk mengikutinya. Dan semoga Dia menunjukkan bahwa kebatilan adalah kebatilan dan menguatkan kita untuk menjauhinya. Teruslah berharap dan bergantung kepada Allah, jangan pernah putus dan menjauh dari-Nya.
اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
“Ya Allah, Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu!.” (PurWD/voa-islam.com)

Haram Mengucapkan Selamat Nata

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, beserta keluarga dan para sahabat.
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (*QS. Al-Maidah: 51)

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka." (QS. Al-Mujadilah: 22)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Allah memberitahukan, tidak didapatkan orang beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir maka dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan kecintaan maka diharamkan."
"Allah memberitahukan, tidak didapatkan orang beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir maka dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan kecintaan maka diharamkan." Ibnu Taimiyah
Larangan menghadiri perayaan hari raya orang kafir
Para ulama bersepakat, haram menghadiri perayaan hari raya orang kafir dan bertasyabuh (menyerupai) acara mereka. Ini adalah pendapat madzab Hanafi, Maliki, syafi'i, dan Hambali. (Lihat Iqtidla' ash-Shirat al-Mustaqim, karya Ibnu Taimiyah : 2/425 dan Ahkam Ahlidz Dzimmah, karya Ibnul Qayyim 2/227).
Dalam Al-Fiqh Al-Islami, Tasyabuh dilarang berdasarkan alasan yang cukup banyak:
1.  Tidak menumpang pada kapal yang digunakan orang kafir untuk menghadiri perayaan hari raya mereka.
Imam Malik rahimahullah berkata; "dimakruhkan menumpang kapal orang kafir yang dijalankan sebagai alat transportasi untuk menghadiri perayaan hari raya mereka, karena laknat dan kemurkaan Allah turun kepada mereka." (dalam Al-Luma' Fi al-Hawadits wa al-Bida'1/392).
Ibnul Qasim pernah ditanya tentang menumpang kapal yang dijalankan orang Nashrani untuk menghadiri perayaan hari raya mereka, maka beliau membenci hal itu karena khawatir akan turun murka kepada mereka disebabkan kesyirikan yang mereka lakukan. (lihat Al-Iqtidla: 2/625).
2.    Larangan mengucapkan selamat hari raya pada mereka
Ibnul Qayim rahimahullah berkata: mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan 'Ied Muharak 'Alaik (hari raya penuh berkah atas kalian) atau selamat bergembira dengan hari raya ini dan semisalnya. Jika orang yang berkata tadi menerima kekufuran maka hal itu termasuk keharaman, statusnya seperti mengucapkan selamat bersujud kepada salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat meminum arak, selamat membunuh, berzina, dan semisalnya. Banyak orang yang tidak paham Islam terjerumus kedalamnya semantara dia tidak tahu keburukan yang telah dilakukannya.
Siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena maksiatnya, kebid'ahannya, dan kekufurannya berarti dia menantang kemurkaan Allah.
Siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena maksiatnya, kebid'ahannya, dan kekufurannya berarti dia menantang kemurkaan Allah.
Para ulama yang wirai (yang selalu meninggalkan sesuatu yang bisa membayakan agamanya) menghindari ucapan selamat kepada pemimpin dzalim dan ucapan selamat memegang jabatan hakim, pengajar, dan fatwa kepada orang bodoh, karena menjauhi kemurkaan Allah dan dipandang rendah oleh-Nya." (Ahkam Ahlidz Dzimmah, 1/144-244)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya: "Apa hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada orang kafir?"
Beliau menjawab: "Mengucapkan selamat hari natal kepada orang Kristen atau ucapan selamat atas hari raya keagamaan mereka lainnya adalah sepakat haram." (Rasail Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, 3/44).
"Mengucapkan selamat hari natal kepada orang Kristen atau ucapan selamat atas hari raya keagamaan mereka lainnya adalah sepakat haram." Ibnul 'Utsaimin
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. (PurWD/voa-islam)

Berlaku Lembutlah! Sesungguhnya Allah Menyukai Kelemahlembutan

Di antara nama-nama Allah Ta’ala adalah الــرَّفِيْــقُ al-Rafiiq, artinya Yang Mahalembut, Mahabaik, Mahamenyertai. Nama ini diambil dari kata al-rifqu, yaitu pelan-pelan dan berangsur-angsur dalam urusannya. Lawannya adalah al-‘unfu (keras), melakukan sesuatu dengan kasar dan buru-buru.

Penafsiran Asma’ Allah ini terdapat dalam sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

“Sesungguhnya Allah Mahalembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” (HR. Muslim)

Allah Ta’ala Mahalembut dalam perbuatan-Nya, yaitu ketika Dia menciptakan makhluk-makhluk-Nya dengan bertahap, sedikit demi sedikit sesuai dengan hikmah dan kelembutan-Nya. Padahal Dia mampu menciptakannya sekaligus, dalam waktu sekejap.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga Mahalembut dalam memerintah dan melarang. Dia tidak membebani hamba-Nya dengan beban-beban yang banyak secara sekaligus. Tapi, berangsur-angsur dari satu kondisi kepada kondisi yang berikutnya sehingga jiwa siap menanggungnya dan tertata emosinya. Hal itu seperti turunnya perintah puasa fardlu, pengharaman khamar, riba dan lainnya.

Orang yang melakukan sesuatu dengan kelembutan dan tenang telah mengikuti sunnatulah dalam menciptakan alam semesta dan mengikuti petunjuk Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Sehingga urusannya akan menjadi mudah dan kesulitannya akan teratasi. Terlebih bagi seorang dai yang mengajak manusia kepada kebenaran, maka dia sangat membutuhkan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan menerima dakwah yang diserukannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34)

Bagi seorang dai sangat membutuhkan sikap halus dan lemah lembut. Jika dia diganggu, dicela, dihina dan diperlakukan kasar, dia tidak lantas membalas dengan mencaci dan dendam. Bahkan sebaliknya dia membalas keburukan mereka dengan kebaikan agar mereka berkenan menerima dakwah yang diserukannya.

Beberapa contoh sikap lembut Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam

Dari Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata, “Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘assaal ‘alaikum’ (kematian atasmu). Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam membalasnya, ‘Wa’alaikum’. Maka Aisyah berkata, assaam ‘alaikum wala’anakumullaah wa ghadhiba ‘alaikum (Kematian atas kalian, laknat Allah dan kemurkaan-Nya atas kalian). Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menegur ‘Aisyah, “Pelan-pelan wahai Aisyah!! Berlakulah lembut, jangan kasar dan berkata jelek.”

‘Aisyah menjawab, “Apakah Engkau tidak mendengar perkataan mereka. Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab, “Apakah kamu tidak mendengar apa yang kukatakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka dan doaku atas mereka dikabulkan, sedangkan doa mereka atasku tidak.” (HR. Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim, “Cukup wahai Aisyah, janganlah engkau menjadi pencaci, sesungguhnya Allah tidak suka kepada cacian dan kata-kata buruk.”

Dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu berkata, “Ketika kami duduk di masjid bersama Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang badui lalu kencing di masjid. Para sahabat Nabi menghardiknya, “Berhenti, berhenti.” Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Jangan bentak dia, biarkan dia (jangan putus kencingnya).” Lalu para sahabat membiarkan orang badui tadi menyelesaikan kencingnya. Kemudian Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam memanggilnya dan berkata kepadanya,

إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil atau buang kotoran. Masjid itu tempat untuk dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalat dan membaca Al-Qur`an.”

Dan beliau shallallaahu 'alaihi wasallam berkata kepada para sahabat, “Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulit. Siramlah dengan satu ember air pada tempat kencingnya.” Lalu orang Badui tadi berkata, “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engaku rahmati yang lain bersama kami.” Lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Egkau telah menyempitkan yang luas.” (Muttafaq ‘Alaih)

Kepada Para Du’at

Berlemahlembutlah dalam memberikan nasihat dengan kata-kata yang halus. Hal itu lebih bisa membuat nasihat diterima. Perhatikanlah pesan Allah kepada Musa dan Harun ketika mengutus keduanya untuk mendakwahi Fir’aun!

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى () فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".” (QS. Thaahaa: 43-44)

Maksudnya pergilah kepada Fir’aun yang melampui batas dalam kekafiran, kedzaliman, dan permusuhan-nya, “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.” Yakni dengan bahasa yang mudah dipahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Semoga dengan perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan sesuatu yang bermanfaat untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan apa yang membayakannya sehingga dia meninggalkannya. Kemudian Allah menerangkan tentang ucapannya tersebut,

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى () وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

“Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?".” (QS. Al-Naazi’aat: 18-19)

Itulah kalimat yang digunakan Musa dan Harun dalam mendakwahi Fir’aun, seorang thaghut yang kafir. Kenapa ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati kawannya dengan kalimat cela, mengkhawarijkan, menyesatkan, dan uangkapan-uangkapan buruk dan kasar lainnya? Apakah dia menginginkan mengeluarkan saudaranya dari keburukan ataukah sebaliknya, menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri sahabatnya?

Kepada Orang Tua

Berlemahlembutlah kepada anak-anakmu, semoga mereka kelak berlemah lembut kepadamu saat engkau sudah tua. Sungguh banyak hal yang bisa engkau dapatkan dari kelemahlembutan yang tidak bisa engkau dapatkan dari sikap kasar dan keras.

Mendidik dengan lemah lembut dan lebih mengutamakan untuk memberikan kebaikan akan lebih banyak memberi manfaat dan lebih bisa diterima oleh jiwa anak, sehingga diharapkan mereka menerima kebenaran dan mencintai kebaikan dan keluarganya. Sementara sikap kasar tanpa sebab yang jelas hanya akan melahirkan sikap kasar dan kebencian pada diri anak. Semua ini sesuai dengan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)

Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.(al-hadits)

Kepada Anak

Wahai anakku berlemahlembutlah kepada dua orangtuamu, berkatalah dengan perkataan yang lembut. Berbuat baiklah kepada keduanya dan berlemah lembutlah, sesungguhnya keduanya bagimu menjadi pintu surga. Ingatlah wasiat Allah Ta’ala kepadamu wahai anakku,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".” (QS. Al-Isra’: 23-24)

Sekarang mereka berada di sisimu dalam kondisi renta. Kepala mereka dipenuhi uban, punggung mereka bungkuk, dan tubuh mereka sering gemetar sehingga ketika mau berdiri, mereka berdiri dengan kepayahan, dan ketika mau duduk, pun dengan susah payah. Sakit menjadi rutinitas mereka dan berbagai model penyakit mulai menyerangnya. Dalam kondisi ini, bakti dan kedermawananmu sangat dinanti. Jangan pelit dengan hartamu, baktimu, dan perlakuanmu yang baik kepada keduanya.



Kepada Para Suami

Berlakulah lembut kepada istri-istrimu dan kasihi mereka. Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sangat lembut dan sayang kepada kepada Aisyah radhiyallaahu 'anha daripada bapaknya sendiri, Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu.

Pernah terjadi cekcok antara dirinya dengan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallamshallallaahu 'alaihi wasallam berkata: “Kamu yang berbicara atau saya yang bicara.” dengan istrinya ini, maka datanglah Abu Bakar untuk menjadi penengah. Lalu Nabi

Aisyah menjawab, “Bicaralah Engkau, dan jangan berkata kecuali yang benar.”

Maka marahlah Abu Bakar dan menampar Aisyah sehingga keluar darah dari mulutnya dan berkata, “Apakah dia akan berkata yang tidak benar wahai musuh dirinya sendiri?” Maka bersembunyilah Aisyah di belakang punggung Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Lalu seketika itu beliau berkata kepada Abu Bakar, “Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk ini, dan kami tidak menghendaki ini darimu.” (HR. Al-Bukhari)

Inilah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, sosok suami yang lebih lembut, lebih sayang, lebih kasihan kepada istrinya daripada bapaknya sendiri. Apakah kita sudah mengikuti akhlak mulia junjungan kita ini?

Kepada Para Istri

Berlemah lembutlah kepada suamimu dan sayangi mereka. Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka, khususnya tuntutan nafkah yang berlebih. Sesungguhnya menahan diri dari meminta kepada suami itu yang lebih baik.

Sesungguhnya telah terdapat teladan yang baik pada diri ummahatul mukminin (para istri Nabi), ketika mereka lebih memilih dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana ketika diberi pilihan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.

إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا () وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآَخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا

“Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 28-29)

Kepada Orang Kaya yang Mempuanyai Pembantu dan Pekerja

Berlaku baik dan lembutlah kepada para pembantu rumah tangga. Jangan bebani mereka dengan hal yang tidak kuasa mereka lakukan. Laksanakan perintah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam ketika bersabda,”Jangan kalian bebani mereka dengan sesuatu yang memberatkan mereka. Dan jika kalian membenani mereka dengan sesuatu yang berat, maka bantulah mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Bershadaqahlah untuk para pembantu dan pekerjamu. Beri mereka kelebihan dari hak yang mereka dapatkan, sungguh di dalamnya terdapat pahala yang besar. Jangan korupsi dan curangi hak mereka, karena hal ini akan mengundang murka Rabb-nya. Dalam hadits Qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,

ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِى ثُمَّ غَدَرَ ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

“Tiga golongan manusia yang Aku adalah musuhnya pada hari Kiamat nanti: (1) seorang berjanji dengan menyebut namaKu lalu dia melanggarnya, (2) seorang yang menjual orang yang merdeka lalu dia menikmati hasil penjualannya tersebut, (3) seorang yang mempekerjakan orang lain setelah orang tersebut bekerja dengan baik upahnya tidak dibayarkan.” (HR Bukhari)

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita sikap lemah lembut dan kesabaran, khususnya kepada orang lemah dan menjadi tanggungan kita. Sehingga kebaikan dan kasih sayang kita dapatkan, bukan kebencian dan dendam. Sesungguhnya Dialah penguasa atas qalbu hamba-hamba-Nya. Wallahu a’lam bil shawab. (PurWD/voa-islam.com)